Kendari, 19 Desember 2012
Pukul 23:51 WITA
Kepada
Ytc. :
Mama
oohh,, if i could turn back d time rewind
if i could make it undone i swear that i would
i would make it up to you...
Mom i'm all grown up now
it;s brand new day
i'd like to put a smile on your face everyday..
u are d number one for me...
Assalamu’alaikum...
Selamat malam, Ma! Bagaimana kabar Mama hari ini? Kuharap Mama selalu berada dalam keadaan sehat dan di bawah rahmat-Nya. Aamiin...
Mama sudah tidur, ya? Malam ini dingin ya, Ma?! Tadi sore hujannya deras. Setiap hujan turun aku selalu ingat Mama. Disana aku berdo’a banyak untuk Mama. Do’anya biar aku dan Allah saja yang tahu. Semuanya untuk Mama... :)
Mama marah, ya pagi ini?! aku memang keterlaluan. Menuoci pintu kamar dan tak keluar seharian. Aku tahu. Mama kesal sekali padaku. Tadi pagi kudengar omelan Mama. Mama menyindirku yang mengunci kamar seraya masih tertidur. Mama menyebut cuci piring, menyapu halaman, menyapu ruang tamu dan membersihkan dapur. Aku mengerti maksud Mama, Mama menyuruhku melakukan itu semua. Mungkin Mama berfikir bahwa aku masih tidur. Aku pun tak mau keluar kamar. Aku sakit hati, Ma! Mama menyindir sih...
Aku pun pergi ke kampus tanpa pamit.
Lagi-lagi Mama menyindir tentang kegiatanku hari ini. Pulang kampus tadi Mama sambut aku dengan sindiran. Perih, Ma! Bisakah kita bicarakan ini baik-baik?!
oohh,, if i could turn back d time rewind
if i could make it undone i swear that i would
i would make it up to you...
Mom i'm all grown up now
it;s brand new day
i'd like to put a smile on your face everyday..
u are d number one for me...
Assalamu’alaikum...
Selamat malam, Ma! Bagaimana kabar Mama hari ini? Kuharap Mama selalu berada dalam keadaan sehat dan di bawah rahmat-Nya. Aamiin...
Mama sudah tidur, ya? Malam ini dingin ya, Ma?! Tadi sore hujannya deras. Setiap hujan turun aku selalu ingat Mama. Disana aku berdo’a banyak untuk Mama. Do’anya biar aku dan Allah saja yang tahu. Semuanya untuk Mama... :)
Mama marah, ya pagi ini?! aku memang keterlaluan. Menuoci pintu kamar dan tak keluar seharian. Aku tahu. Mama kesal sekali padaku. Tadi pagi kudengar omelan Mama. Mama menyindirku yang mengunci kamar seraya masih tertidur. Mama menyebut cuci piring, menyapu halaman, menyapu ruang tamu dan membersihkan dapur. Aku mengerti maksud Mama, Mama menyuruhku melakukan itu semua. Mungkin Mama berfikir bahwa aku masih tidur. Aku pun tak mau keluar kamar. Aku sakit hati, Ma! Mama menyindir sih...
Aku pun pergi ke kampus tanpa pamit.
Lagi-lagi Mama menyindir tentang kegiatanku hari ini. Pulang kampus tadi Mama sambut aku dengan sindiran. Perih, Ma! Bisakah kita bicarakan ini baik-baik?!
Tadi mama menanyakanku tentang warna baju yang cocok untuk Mama kenakan. Aku tahu Mama tersenyum saat mengatakan “yang ini bagus tidak?”, namun entah mengapa aku menjawab datar tanpa melirik Mama. Seketika butiran bening menetes perlahan.
Mungkin karena aku sudah cukup besar untuk memaham kehidupan. Seharusnya aku yang memulai tanpa harus disuruh.
Aku yang salah, Ma! Maafkan aku!
Ingin rasanya memeluk Mama, mengatakan
“maafkan aku, aku cinta mama”, namun entah mengapa sulit untuk melakukannya. Terlalu
kaku menurutku. Mungkin karena terbiasa diam dan menyemburkan hawa sepi-tegang
dalam rumah. Ingin mencairkannya, hanya saja aku bingung. Batinku berteriak lemah.
Dari dulu aku selalu berjanji akan
membahagiakan Mama, namun hingga saat ini aku belum pernah melakukannya. Niat
teguhku kuat, Ma. Namun tak pernah ku realisasikan.
Aku ini keras kepala ya, Ma?! Sudah
sering dinasehati tapi sering juga kuulangi kesalahan itu. Aku selalu marah dan
kesal bila Mama mendikte-ku seolah-olah aku anak kecil. Aku egois ya, Ma?!
Membiarkan Mama membabat habis pekerjaan rumah sedangkan aku berkeliaran di
luar rumah. Jarang bantu Mama sedangkan Mama selalu membantuku.
Aku ingat waktu aku terbaring lemah.
Sakit. Semuanya Mama yang kerjakan. Mulai dari pekerjaan rumah hingga
mencucikan pakaianku. Aku pernah dengar Mama berdo’a, saat aku pura-pura
tertidur. Mama bilang, biarkan Mama saja yang sakit, tapi jangan anaknya Mama.
Aku tercekat.
Ada butiran bening membanjir di pipi Mama. Aku mendengar do’a Mama untukku. Aku mendengarnya...
Aku yakin, Mama disayang oleh Allah.
Mama selalu bangun di tengah malam. Aku tahu Mama selalu menangis ketika
berdo’a. Tenang, Ma! Ribuan malaikat ikut meng-amin-i do’a Mama. Dinding langit
bergetar. Lantunan ayat yang Mama bacakan menjadi nyanyian indah di surga sana.
Cinta Mama begitu tulus. Sempurna
sekali Allah menciptakan hati Mama.
Sekarang sudah pukul 00:13, hari ini
hari lahir Mama. Berapa umur Mama? Lima puluh dua. Aku ingat. Mama sudah tua,
ya?! Kejam sekali aku jika meninggalkan Mama dengan beban. Tenang, Ma! Aku akan
selalu di sisi Mama. Apa yang Mama butuhkan, katakan padaku! Aku di sini, Ma.
Bersama Mama...
Surat ini ku simpan di atas sajadah
Mama, aku yakin dua jam lagi Mama bangun. Peluk aku jika Mama sudah
membacanya... ya, Ma?!
Esok matahari terbit, akan
kutunjukkan pada Mama, hangatnya mentari memeluk batin Mama. Akan ku ukir
senyuman di langit. Mengajak Mama menari di atas awan, merakit angin dan
bermain bersama hujan. Akan ku abadikan senyum Mama hingga nafas ini terhenti.
Aku berjanji tak kan mengecewakan Mama lagi.
Aku cinta Mama.
Selamanya.
Wassalam, kendari 20 Desember 2012 Pukul
00:27 WITA
Shabria Akib,
anak manis Mama yang masih belajar tentang
arti tulus dalam cinta.