Berpondasikan Waktu yang Senggang

Tulisan ini saya buat dalam mengisi hari-hari saya yang agak kosong. Sebenarnya padat oleh tugas kuliah, tapi membosankan juga bergelut terus untuk tugas. Butuh refreshing. Cara orang kan beda-beda. Dan saya memilih menulis. Apa sajalah yang bisa ditulis. Hingga saya rajin menulis. Termasuk menulis daftar belanjaan mingguan. Wah.. kalo masalah belanja ke swalayan, saya paling interest! Ngemil lagi!

        
          Akhirnya ide menulis tentang hari-hari saya pun terlintas. Terpupuk juga dengan kenangan-kenangan so sweet masa lalu. Bersama mereka yang sudah terpencar entah kemana. Tadinya saya berniat menulis novel, kembarannya Negeri 5 Menara. Kalo yang ditulis Mas –aduh jadi bingung mau panggil apa, Ustadz Ahmad Fuadi kan berbegron pondok putra. Nah.. saya terpikir untuk menulis versi putrinya. Hanya saja saya belum dapat inspirasi. Masih minder mau nyamain posisi kayak beliau. Hehe..

            Untuk itu saya berterima kasih kepada Allah SWT. Karena Dia telah memperbolehkan saya mengingat kembali akan mereka –yang saya sebut disini ‘my akhwat’ yang sangat saya sayangi. Bayangkan saja, enam sampai tujuh tahun saya hidup bersama mereka 24 jam. Namanya juga pondok pesantren, bersistem asrama. Tidak ada perpulangan mingguan temu kangen sama orang rumah demi berjalannya proses belajar-mengajar yang efektif. Dan saya sangat setuju dengan keputusan bijak itu. walau ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Terlalu panjang untuk disebut. Nanti malah menjelaskan peraturan disiplin pondok saya. Kan beda lagi pembahasannya. :)

            Saya juga mohon maaf, jika ada kata atau perilaku buruk yang tergambar di tulisan saya ini. Tulisan saya ini hanya sekedar snack kehidupan. Yang bisa diambil baiknya. Kalau ada buruknya, saya minta maaf ya? Apalagi jika menyangkut my akhwat yang tertulis disini. I beg u’r pardon, Hon!

            Baiklah. Terimakasih sudah mau membaca tulisan nggak karuan saya. Saya berharap ada hikmah yang terselip. Yang bisa bermanfaat bagi yang membaca. Apapun itu. Bukankah Nabi Muhammad kita pernah mengatakan “Khoirunnaasi anfa’uhum linnaasi, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia pula”?

            Saya berharap yang terbaik. Allah a’lam!

ṧṧṧ