Antara Saya dan
Dosen-dosen Fakultas Ekonomi
(Menyesal)
“Ni gara-gara jadi anaknya......”
“Hushhh ulah
kituuu!” Mama memotong. Haruskah saya mengeluhkan kenyataan?? Oo,, tentu
tidak!
***
Humm,,
sudah lama tidak menulis di blog. Rasanya kangeeennnnn banget.. #ehh.
Sebelumnya sedikit saya ralat. Gak ralat sih, tapi revisi. Dulu sahabat-sahabat
saya, saya sebut ‘my akhwat’, berhubung ada komentar yang agak gimana gitu
tentang kalimat ‘akhwat’ di postingan saya yang lalu-lalu, saya menggantinya
saja dengan ‘barudak’, padahal sebenarnya ‘akhwat’ itu artinya saudara
perempuan, tapi tafsiran di lingkungan sekarang beda. Hehe..
Saat ini musim libur, jadi tak
ada kuliah, tak ada cerita tentang barudak, tak ada cerita tentang lingkungan
kampus. Berarti saya tidak bercerita apa-apa sekarang. Lho??!! Hehe..
maaf! Bukan itu maksudnya.
Well, saya kembali ke judul. Saya salah
satu mahasiswi teladan (ehem) di kampus, gak teladan juga sih, tapi
lumayan rajin lah, meski kadang terlambat masuk kelas. Globalnya, saya gak
males-males amet, gak cemerlang-cemerlang amet. Hohoo..
Waktu
semester awal, saya dikenal ‘banyak’ dosen. Bukan karena apa atau siapa, tapi
saya dikenal rajin, karena jujur saja saya selalu mengerjakan tugas dengan baik,
dan melakukan ujian dengan sangat terpuji. Intisarinya saya cukup
‘membanggakan’ (ehem) dalam prestasi, #ehh, ada maling teriak maling!!!!!!
Well, saya sangat berbahagia karena dari situ, nilai saya gak
anjlok-anjlok amet. Hehhee..
Semester
dua berlalu. Saya pun menginjak semester tiga. Ada satu hal yang membuat saya terpuruk
dalam rasa menyesal dan.... arrgghhh susah menggambarkannya! Saat itu
ujian final semester tiga, pelajaran Ekonomi SDM dan Ketenagakerjaan.
Sebenarnya pelajaran mudah, tapi saya tidak belajar. Saya mengerjakan tugas
yang merupakan tugas final untuk dikumpul hari esok. Berhubung malam itu ada
pertandingan MU-Liverpool. Hehhee.. saya tidak akan melewatkan RVP
begitu saja.. ~_^ (dan melewatkan belajar yang merupakan faktor penentu masa
depan #plakkkkk!)
Bisa anda
tebak. Saat ujian saya kebingungan dan entah bagaimana harus menjawab soal
(saat itu saya sempat belajar sebelum masuk kelas, jadi gak buruk-buruk amet).
Mengingat reputasi saya yang sudah terlanjur (ehem) dikenal baik oleh
dosen, begitu pula dosen ini, sangat mengenal saya. Amat sangat mengenal saya.
Dan
akhirnya peristiwa itu terjadi. Saya menyontek. Hal biasa. Tapi sangat
memalukan ketika anda dikenal rajin dan ternyata anda menyontek. Yup! Saya
ketahuan permisaaaaaa!!!!!!! Saya malu dan saya tertunduk di bawah tatapan
tajam Sang Dosen. Huhuhu... T_T
Saya
menyesal dan berusaha untuk kembali pada ‘citra’ saya yang mulai luntur...
#ehh..
Beberapa
hari kemudian, libur. Sekarang sudah memasuki pekan kedua. Nilai yang sudah
terpajang di web ada dua mata kuliah. Alhamdulillah.. keduanya dapat
mengukir senyum sampe ujung telinga. Dan saya masih ragu akan nilai mata kuliah
Ekonomi SDM. Saya menghabiskan hari dengan menyapu di halaman depan.
“Assalamu’alaikum,
Bapak ada, Nak?”
Saya
menoleh, terdiam. Tepatnya tercekat.
“Wa-wa’alaikum-mm-sa-la-mm”
“Ada Bapak,
Nak?” (logat khas Kendari)
“Ohh, iya,
Pak! Saya panggilkan, masuk ki!” (logat Kendari juga)
Beliau
tersenyum dengan pandangan yang ditajam-tajamkan.
Dapatkah
anda menyimpulkan, siapa beliau? Beliau Dosen Ekonomi SDM sodara-sodaraaaaaaa!!!!!
Jujur, saya SANGAT MALU!
Hal ini
yang berat untuk saya. Bapak saya seorang dosen di fakultas yang berbeda dalam
satu universitas di Kota Kendari. Saya selalu berusaha menyembunyikannya.
Berat. Beberapa dosen sudah mengenal saya karena Bapak. Dan saya sangat menjaga
hal ini. Saya bersikap baik dan sopan pada dosen karena bapak saya. Saya tidak
ingin nama Bapak buruk karena saya.
Suatu hari
seorang dosen yang mengenal saya bukan karena Bapak, berkunjung ke rumah. Saat
itu saya pun tidak tahu bahwa beliau lah yang datang sebagai tamu. Di sela-sela
pembicaraan Bapak dan tamunya, saya keluar menyuguhkan teh. Seketika beliau
terkaget “Kamu??”
Saya hanya
tersenyum.
Well,
kembali pada dosen Ekonomi SDM, saya tak berani keluar dan berdiam diri dalam
do’a. Saya merasa berdosa. Hehee..
Yang saya
sesali adalah saya menyontek, bukan karena saya adalah anak seorang dosen.^^
Ohh Pak
Dosen... maafkan saya... huhuhuhuuu.. T_T
Kini saya
amat sangat menyesali kejadian ‘terkutuk’ itu..
***
Ketika orang-orang sudah
mengenalmu baik, membanggakanmu dan menilaimu positif, kau harus bisa
mempertahankannya. Peganglah erat-erat. Dan jika kau merubuhkannya, akan sulit
baginya untuk membangunnya kembali. Meski di dunia ini, tak ada yang sempurna.
Karena kecewa itu, perih.